Laman

Yuiziuf Bloogzz

WELLCOME

Cari Blog Ini

yuiziuf BLoGz

Welcome To My blog .

Selasa, 08 Mei 2012

waktu tidur yang terlarang


Dua Waktu Tidur Yang Dilarang Rasul
Tidur menjadi sesuatu yang esensi dalam kehidupan kita. Karena dengan tidur, kita menjadi segar kembali. Tubuh yang lelah, urat-urat yang mengerut, dan otot-otot yang dipakai beraktivitas seharian, bisa meremaja lagi dengan melakukan tidur.
Dalam Islam, semua perbuatan bisa menjadi ibadah. Begitu pula tidur, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dalam Al-Quran, Allah swt pun menyuruh kita untuk tidur. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk tidak dilakukan.
1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh
Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).
Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata :
“Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).

2. Tidur Sebelum Shalat Isya’
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).
Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : “Kebanyakan hadits-hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja.”
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat..

Pandangan Sahabat Nabi Muhammad S.A.W Tentang Ilmu


Perkataan Sahabat Tentang Pentingnya Ilmu

Lanjutan Bab KELEBIHAN DARI ILMU  dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghozali
Ali bin Abi Thalib ra. berkata kepada Kumail :
“Hai Kumail!!!  Ilmu itu lebih baik dari pada harta, Ilmu menjaga kamu dan kamu menjaga harta. Ilmu itu penghukum dan harta itu terhukum, Harta berkurang jika dibelanjakan dan ilmu bertambah jika dibelanjakan (diamalkan)
Ali Ra pula berkata :
Orang berilmu itu lebih utama dari pada orang yang berpuasa, bershalat dan berjihad. Apabila meninggal orang yang berilmu, maka terdapat suatu kekosongan dalam islam, yang tidak dapat ditutup dengan seorang penggantinya (orang berilmu juga).
Berkata juga Ali Ra dengan sajak:
Tidaklah kebanggaan selain bagi ahli ilmu…
Mereka memberi petunjuk kepada orang yang meminta petunjuk…
Nilai manusia adalah dengan kebaikan yang dikerjakan…
Dan orang orang yang bodoh adalah musuh dari ahli ilmu..
Menanglah engkau dengan Ilmu dan hiduplah dengan lama
Orang lain mati sedangkan ahli ilmu tidak
Berkata Abdul Aswad:
Tidak ada yang lebih mulia dari ilmu. Raja raja itu menghukum manusia dan alim ulama itu menghukum raja raja.
Berkata Ibnu Abbas  Ra
Disuruh memilih Sulaiman Bin Daud As.  antara Ilmu, Harta dan Kerajaan. Maka dipilihlah ilmu lalu dari ilmu tersebut dianugrahkanlah kepadanya Harta, Kerajaan
Ditanya Ibnu Mubarak
Siapakah manusia itu?
Dijawab  :  Orang orang yang berilmu…
Ditanya pula :  Siapakah raja  itu???
Dijawab :  Orang yang Zuhud
Ditanya :  Siapakah orang yang hina itu?
Dijawab :  Mereka yang memakan (memperoleh) dunia dengan agama. maksudnya ” agama dibuat sebagai ajang bisnis *redaksi
Beliau berkata tidak dimasukkan orang yang tidak berilmu terhadap golongan manusia karena yang membedakan manusia dan hewan adalah ILMU,,, maka manusia itu ialah manusia, manusia akan mulia jika berilmu…
Bertanya Fathul-Mausuli  Ra
Bukankah orang sakit itu apabila tak mau makan dan minum, lalu ia mati? “Benar” menjawab orang disekelilingnya
lalu menyambung Fathul – Mausuli Ra  “Begitu pula hati, apabila tak mau kepada hikmah dan ilmu dalam tiga hari, maka matilah hati itu.
Benarlah perkataan itu, karena sesungguhnya makanan hati itu ialah ilmu dan hikmah. Dengan dua itulah maka hiduplah hati, sebagaimana tubuh itu hidup dengan makanan
Orang yang tak berilmu, hatinya menjadi sakit dan kematian hatinya itu suatu keharusan. Tetapi, dia tidak menyadari demikian, karena kecintaan dan kesibukannya dengan dunia, menghilangkan perasaan itu, kadang-kadang menghilangkan kepedihan luka seketika, meskipun luka itu masih ada.
Apabila mati itu telah menghilangkan kesibukan duniawi, lalu ia merasa dengan kebinasaan dan rugi besar. Kemudian, dunia itu tidak bermanfa’at baginya.
Yang demikian itu, seperti : dirasakan oleh orang yang telah aman dari ketakutan dan telah sembuh mabuk, dengan luka-luka yang diperolehnya dahulu sewaktu sedang mabuk dan takut.
Kita berlindung kepada Allah dari hari pembukaan apa yang tertutup. Sesungguhnya manusia itu tertidur, Apabila mati, maka dia terbangun.
Berkata Al-Hassan ra :
“Ditimbang tinta para ulama dengan darah para syuhada’. Maka beratlah timbangan tinta para ulama itu, dari darah para syuhada”
Berkata Ibnu Mas’ud ra :
“Haruslah engkau berilmu sebelum ilmu itu diangkat. Diangkat ilmu adalah dengan kematian perawi-perawinya. Demi Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaan-Nya!,  Sesungguhnya orang-orang yang syahid dalam perang sabil, lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti sebagai ulama. Karena melihat kemuliaan ulama itu. Sesungguhnya tak ada seorangpun yang dilahirkan berilmu. Karena ilmu itu adalah dengan belajar
Berkata Ibnu Abbas ra :
“Bertukar-pikiran tentang ilmu sebahagian dari malam, lebih aku sukai daripada berbuat ibadah di malam itu” Begitu juga menurut Abu Hurairah ra. dan Ahmad bin Hanbal ra.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(Rabbanaa aatinaa fiddun-ya has ana tan wa filaakhirati hasanatan)
QS. Al-Baqarah 201
Artinya :
“Wahai Tuhan kami! Berilah kamikebaikan didunia ini dan kebaikan pula di hari akhirat”
Bahwa kebaikan di dunia itu ialah ilmu dan ibadah, sedang kebaikan di akhirat itu, ialah sorga.
Ditanyakan kepada setengah hukama’ (para ahli hikmah) : “Barang apakah yang dapat disimpan lama?”
Lalu ia menjawab : “Yaitu barang-barang, apabila kapalmu karam, maka dia berenang bersama kamu, yakni : ilmu* Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan karam kapal ialah binasa badan, dengan mati….
Berkata setengah hukama’ : “Barangsiapa membuat ilmu sebagai kekang di mulut kuda, niscaya dia diambil manusia menjadi imam. Dan barangsiapa dikenal dengan hikmahnya, niscaya dia diperhatikan oleh semua mata dengan mulia”
Berkata Imam Asy-Syafi’i ra. :
“Diantara kemuliaan ilmu, ialah bahwa tiap-tiap orang dikatakan berilmu, meskipun dalam soal yang remeh, maka ia gembira. Sebaliknya, apabila dikatakan tidak, maka ia merasa sedih”
Berkata Umar ra. :
“Hai manusia! Haruslah engkau berilmu! Bahwasanya Allah swt. mempunyai selendang yang dikasihiNya. Barangsiapa mencari sebuah pintu dari ilmu, maka ia diselendangi Allah dengan selendangNya. Jika ia berbuat dosa, maka dimintanya kerelaan Allah tiga kali, supaya selendang itu tidak di buka daripadanya dan jika pun berkepanjangan dosanya sampai ia mati”
Berkata Al-Ahnaf ra. :
“Hampirlah orang berilmu itu dianggap sebagai Tuhan. Dan tiap-tiap kemuliaan yang tidak dikuatkan dengan ilmu, maka kehinaanlah kesudahannya”
Berkata Salim bin Abil-Ja’ad :
“Aku dibeli oleh tuanku dengan harga 300 dirham lalu dimerdekakannya aku. Lalu aku bertanya :
“Pekerjaan apakah yang akan aku kerjakan?”. Maka bekerjalah aku dalam lapangan ilmu. Tak sampai setahun kemudian, datanglah berkunjung kepadaku amir kota Madinah. Maka tidak aku izinkan, ia masuk”.
Berkata Zubair bin Abi Bakar :
“Ayahku di Irak menulis surat kepadaku. Isinya diantara lain, yaitu : “Haruslah engkau berilmu! Karena jika engkau memerlukan kepadanya, maka ia menjadi
harta bagimu. Dan jika engkau tidak memerlukan kepadanya, maka ilmu itu menambahkan keelokanmu”
Diceriterakan juga yang demikian dalam nasehat Luqman kepada anaknya. Berkata Luqman : “Hai anakku! Duduklah bersama ulama/ Rapatlah mereka dengan kedua lututmu! Sesungguhnya Allah swt. menghidupkan hati dengan nur-hikmah (sinar ilmu) seperti menghidupkan bumi dengan hujan dari langit”.
Berkata setengah hukama’ :
“Apabila meninggal seorang ahli ilmu, maka ia ditangisi oleh ikan di dalam air dan burung di udara. Wajahnya hilang tetapi sebutannya tidak dilupakan”.
Berkata Az-Zuhri :
“Ilmu itu jantan dan tidak mencintainya selain oleh laki-laki yang jantan”
Waallahu a’lam bi-showab
YA ALLAH AKU MOHON KEPADAMU AKAN KHUSNUL KHOTIMAH…..  AMINALLAHUMMA… AMIN…

Na’uudzu billaahi min ‘ilmin laa yanfa

“Aku berlindung pada Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa’at”

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus
Terjemahan dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghozali

sumber:http://berdzikir.wordpress.com

Keutamaan Belajar




Keutamaan Belajar Menurut Al Quran dan As Sunnah

ALLAH SWT Berfirman

فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (At Taubah 122)
ALLAH SWT Berfirman

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

“Maka bertanyalah kamu kepada ahli ilmu jika kamu tidak tahu” (An-Nahl 43)
Nabi SAW bersabda
Man salaka thariiqan yathlubu fiihi ‘ilman salakallaahu bihi thariiqan ilal jannah
Artinya :
“Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke sorga”
(Dirawikan Muslim dari Abi Hurairah)
Nabi SAW bersabda
Innal malaaikata latadla’u ajnihatahaa lithaalibil ‘ilmi ridlaa-an bimaayashna’u
Artinya :
“Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda rela dengan usahanya itu”
(Dirawikan Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Shafwan bin Assal)
Nabi SAW bersabda
Li-an tahgdu wa fatata’allama baaban minal ‘ilmi khairun min an
tushalliya mi-ata rak’atin
Artinya :
“Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at”
(Dirawikan Ibnu Abdul-birri dari Abu Dzar)
Nabi SAW bersabda
Baabun minal ‘ilmi yata’allamuhur rajulu khairun lahuu minad dunyaa wa raaa fiihaa
Artinya :
“Suatu bab dari ilmu yang dipelajari seseorang, adalak lebih baik baginya dari dunia dan isinya”
(Dirawikan Ibnu Hibban dan Ibnu Abdul-Birri dari Al-Hasan Al-Bashari)
Nabi SAW bersabda
Uthlubul ‘ilma walau bish shiin
Artinya :
“Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun”
(Dirawikan Ibnu Uda dari Al-Baihaqi dan Anas)
Nabi SAW bersabda
Thalabul ‘ilmi fariidlatun ‘alaa kulli muslim
Artinya :
“Menuntut ilmu itu ivajib atas tiap-tiap muslim”
Nabi SAW bersabda
Al-’ilmu khazaa-inu mafaa tiihuhas-sualu. Alaa fas-aluu Fainnahu yu’-jaru fiihi arba’atun : as-saa-ilu  wal ‘aalimu wal mustami’u wal muhibbu lahum
Artinya :
“Ilmu itu adalah gudang-gudang. Anak kuncinya pertanyaan. Dari itu, bertanyalah!  Sesungguhnya diberi pahala pada bertanya itu empat orang, yaitu : penanya, yang berilmu, pendengar dan yang suka kepada mereka yang tiga tadi”
(Dirawikan Abu Na’im dari Ali , hadits marfu’.)
Nabi SAW bersabda
Laa yanbaghii lil-jaahili an yaskuta ‘alaa jahlihi walaa lil-’aalimi
an yaskuta ‘alaa ‘ilmihi
Artinya :
“Tak wajarlah bagi orang yang bodoh, berdiam diri atas kebodohannya. Dan tak wajarlah bagi orang yang berilmu, berdiam diri atas ilmunya”
(Dirawikan Ath-Thabrani dan Abu Na’im dari Jabir. sanad dla’if)
Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Dzar ra. berbunyi :
“Menghadliri majelis orang berilmu, lebih utama daripada mendirikan shalat seribu raka’at, mengunjungi seribu orang sakit dan berta’ziah seribu janazah”
Lalu orang bertanya : “Wahai Rasulullah! Dari membaca Al-Qur-an?”
Maka menjawab Nabi saw. : “Adakah manfa’at Al-Qur-an itu selain dengan ilmu?”
Bersabda Nabi saw :
“Barangsiapa meninggal dunia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan Nabi-Nabi dalam sorga sejauh satu tingkat”
Menurut atsar (kata-kata shahabat Nabi dan pemuka-pemuka Islam), maka berkata Ibnu Abbas ra.
“Aku telah menghinakan seorang penuntut ilmu, lalu aku memuliakan yang dituntutnya”.
Demikian pula berkata Ibnu Abi Mulaikah ra. :
“Belum pernah aku melihat orang seperti Ibnu Abbas. Apabila aku melihatnya maka tampaklah, mukanya amat cantik. Apabila ia berkata-kata maka lidahnya amat lancar. Dan apabila ia memberi fatwa maka dialah orang yang amat banyak ilmunya”

Perkataan Sahabat Tentang Keutamaan Belajar

Berkata Ibnul Mubarak ra.
“Aku heran orang yang tidak menuntut ilmu! Bagaimana ia mau membawa dirinya kepada kemuliaan”
Berkata setengah hukama’ (ahli kikmah):
“Sesungguhnya aku tidak belas kasihan kepada orang-orang, seperti belas kasihanku kepada salah seorang dari dua : yaitu orang yang menuntut ilmu tapi tidak memahaminya dan orang yang memahami ilmu tapi tidak menuntutnya”
Berkata Abud Darda’ ra. :
“Lebih suka aku mempelajari satu masalah, daripada mengerjakan shalat satu malam”. Dan ditambahkannya pula : “Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu, berserikat pada kebajikan. Dan manusia lain adalah bodoh, tak ada kebajikan padanya”. Dan katanya lagi : “Hendaklah engkau orang berilmu atau belajar atau mendengar ilmu dan janganlah engkau orang keempat (tak
termasuk salah seorang dari yang tiga tadi) maka binasalah engkau “.
Berkata ‘Atha’ :
“Suatu majelis ilmu itu, akan menutupkan dosa tujuh puluh majelis yang sia-sia”.
Berkata Umar ra. :
“Meninggalnya seribu ‘abid, yang malamnya mengerjakan shalat dan siangnya berpuasa, adalah lebih mudah, daripada meninggalnya seorang alim yang mengetahui yang dihalalkan dan yang diharamkan Allah”.
Berkata Imam Asy-Syafi’i ra :
“Menuntut ilmu adalah lebih utama daripada berbuat ibadah sunnah”.
Berkata Ibnu Abdil Hakam ra. :
“Adalah aku belajar ilmu pada Imam Malik. Lalu masuk waktu Dhuhur. Maka aku kumpulkan semua kitab untuk mengerjakan shalat. Maka berkata Imam Malik : “Hai, tidaklah yang engkau bangun hendak mengerjakannya itu, lebih utama daripada apa yang ada engkau di dalamnya, apabila niat itu benar”
Berkata Abud-Darda’ ra. :
“Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan jihad, maka adalah dia orang yang kurang pikiran dan akal”
YA ALLAH AKU MOHON KEPADAMU AKAN KHUSNUL KHOTIMAH…..  AMINALLAHUMMA… AMIN…

Na’uudzu billaahi min ‘ilmin laa yanfa
“Aku berlindung pada Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa’at”

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus

Terjemahan dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghozali

sumber:http://berdzikir.wordpress.com

Keutamaan Berdzikir



Suatu saat, selepas shalat, Rasulullah Saw berbagi sapa dan berbincang bincang dengan para sahabat tentang pelbagai hal. Dalam perbincangan itu, Rasulullah menyampaikan keutamaan majelis dzikir, do’a dan permohonan ampun kepada Allah Swt. Selain itu, beliau juga menekankan bahwa Allah Swt boleh jadi mengabulkan do’a seorang hamba, menghindarkannya dari bencana yang belum turun, menyimpan pahala do’anya di akhirat atau menghapusnya dosa-dosanya.
Beliau pun berceramah :
Sesungguhnya Allah Swt memiliki beberapa malaikat yang terus menerus berkeliling mencari majelis dzikir. Ketika menemukan majelis dzikir, mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah.
Ketika majelis itu usai, mereka bubar dan kemudian naik kelangit. Ketika berada dilangit, mereka ditanya oleh Allah Swt. Yang sebenarnya lebih tahu ketimbang mereka, “Kalian datang dari mana? !”

“Kami datang dari sisi para hamba-Mu di bumi yang mensucikan-Mu, mengagungkan-Mu, mengesakan-Mu, memuji-Mu, dan memohon kepada-Mu!” jawab mereka.
“Apa yang mereka minta?” tanya Allah Swt.
“Mereka memohon surga-Mu, “jawab mereka penuh takzim.
“Apakah mereka pernah melihat surga-Ku?” tanya Allah swt lebih jauh
“Tidak, wahai Tuhan,” jawab para malaikat dengan takzim.
“Betapa seandainya mereka melihat surga-Ku?” kata Allah Swt.
“Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu, “ucap mereka tetap takzim.
“Dari apa mereka memohon perlindungan kepada-Ku?” tanya Allah Swt lagi.
“Dari Neraka-Mu, wahai Tuhan,” Jawab mereka terus dengan takzim.
“Apakah mereka melihat Neraka-Ku ?” tanya Allah Swt sekali lagi.
“Tidak“ jawab mereka serempak.
“Betapa seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku,” kata Allah Swt.
“Mereka juga memohon Ampunan kepada-Mu, wahai Tuhan,” ucap mereka tetap dengan takzim.
“Aku telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka mohon, dan melindungi mereka dari neraka,“ jawab Allah SWT.
“Wahai Tuhan, tapi dalam majelis mereka ada seseorang yang berdosa yang hanya kebetulan lewat lantas duduk bersama mereka,” lapor mereka.
“Dia juga Kami ampuni. Sebab, orang yang mau duduk bersama mereka tidak celaka !” jawab Allah SWT.
Allah berfirman
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta jangan ingkar (pada nikmat-Ku)” (QS. Al Baqarah: 152)
Allah berfirman
Hai orang-orang yang beriman ber-dzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut nama-Nya) (QS. Al Ahzaab: 41)
Allah berfirman
Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung
(QS. Al Ahzaab: 35).
Allah berfirman
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (padasiksaan-Nya), tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (QS. Al A’raf: 205)
Nabi Bersabda

Perumpamaan orang yang menyebut (nama) Tuhannya dengan orang yang tidak menyebut (nama)Nya, laksana orang hidup dengan orang yang mati
(HR. Bukhari dalam Fathul bari: 11/208)
Nabi bersabda
Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci disisi rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu dari-pada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?”. Para shahabat yang hadir berkata: “Mau wahai Rasulullah!”. Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah yang Maha Tinggi
(Shahih Tirmidzi: 3/139, Ibnu Majah: 2/316)
Nabi bersabda
Aku terserah persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya (memberi rahmat dan membelanya) bila dia menyebut nama-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam dirinya, aku menyebut namanya pada diri-Ku.
Bila dia menyebut nama-Ku dalam perkumpulan orang banyak, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih banyak dari mereka. Bila dia mendekat kepada- Ku sejengkal (dengan melakukan amal shaleh atau
berkata baik), maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila dia datang
kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat (lari)
(HR. Bukhari: 8/171 dan Muslim: 4/2061, lafadz hadits ini dalam shahih Bukhari)
Nabi bersabda
Dari Abdullah bin Busr  dia berkata:
Sesungguhnya seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah! sesungguhnya syari’at Islam telah banyak aku terima, oleh karena itu, beri tahulah aku sesuatu hal buat peganganku”. Beliau bersabda: “Tidak hentihentinya
lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya)
(Shahih Tirmidzi: 3/139 dan shahih Ibnu Majah: 2/317)
Nabi bersabda
Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh semisalnya.
Aku tidak berkata: Alif Laaam Miim, satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf
(HR.Tirmidzi 5/458, lihat Shahih Tirmidzi 3/9)
Nabi bersabda
Dari Uqbah bin Amir  berkata: “Rasulullah  keluar, sedangkan kami berada di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda: “Siapakah diantara kamu yang senang berangkat pagi setiap hari ke Buthan atau Al Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya tanpa mengerjakan
dosa dan memutus silaturrahmi?” kami (yang hadir) berkata: “Yaa kami senang ya Rasulullah!”, lalu beliau bersabda: “Seseorang di antara kamu berangkat pagi ke mesjid, lalu mengajar atau membaca dua ayat Al Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila mengajar atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila membaca atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta) dan dari seluruh bilangan unta
(HR. Muslim: 1/553)
Nabi bersabda
Siapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka dia akan mendapat sesuatu yang tidak disenangi dari Allah.
Barang siapa yang berbaring di suatu tempat, lalai tidak berdzikir kepada Allah, maka dia akan mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi dari Allah
(HR. Abu Daud: 4/264, Lihat Shahih Jami’ :5/342)
Nabi bersabda
Apabila suatu kaum duduk di majlis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi-Nya, niscaya mereka mendapat sesuatuyang tidak disenangi dari Allah. Apabila Allah berkehendak, maka Dia akan menyiksa mereka; dan apabila tidak, Allah akan mengampuni dosa mereka (Shahih Tirmidzi: 3/140)
Nabi bersabda
Setiap kaum yang berdiri dari suatu majlis, yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan mereka akan menyesal (di hari kiamat)
(Riwayat Abu Daud 4/264 dan Ahmad 2/389, lihat Shahih Jami’ 5/176)
Wa’allahu a’lam bi-showab

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus


sumber ; http://berdzikir.wordpress.com

Tata cara sholat Dhuha



SHOLAT DHUHA
Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika matahari sedang naik.
Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur.

Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam
A. Tata Cara Shalat Dhuha
Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir bahwa Rosulullah saw bersabda: “Sholatlah kalian dua roka’at dari sholat Dluha dengan membaca dua surat tentangnya: wasy-syamsi wa dluhaha dan surat adh-Dluha
  • Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams
  • Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha
Dan diriwayatkan dari al ‘Uqaili bahwa Rosulullah saw dalam dua roka’at sholat Dluha membaca Qul ya ayyuhal kafirun dan Qul huwallahu ahad
  • Pada rakaat pertama Al kafirun
  • Pada rakaat kedua Al Ikhlas
Niat shalat dhuha adalah:
Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: ” Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah.”
Dzikir setelah Dhuha
Diriwayatkan setelah shalat dhuha Nabi S.A.W membaca

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَ تُبْ عَلَيَّ إِ نَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُوْرَ

Robbigh firly watub ‘alayya innaka antat-tawwaabul Ghofur ( dibaca 100 x )

Ya Robbi,  Ampunilah aku dan terimalah taubatku, Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan ampunan


Doa yang dibaca setelah shalat dhuha:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA, WAL BAHAA ‘ABAHAA ‘UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA,  WAL QUWWATA QUWWATUKA,  WAL QUDRATA QUDRATUKA,  WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA
ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU,  WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU,  WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU,  WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU,  WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.
Artinya:
 “ Ya ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU dan kecantikan adalah kecantikanMU dan keindahan adalah keindahan-MU dan kekuatan adalah kekuatan-MU dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU. YA ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah, Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah dan jikalau sukar maka mudahkanlah dan jika haram maka sucikanlah dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU. Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.
B. Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha
Hadits Rasulullah saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
“Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab; “Ya! Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat maka  akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (HR. Ath Thabarani)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
“Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika” (“Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah….(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna” (Shahih al-Jami`: 6346).
5. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)
Kebenaran Mutlak milik Allah dan Kesalahan dari saya
Wa’allahu a’lam bi-showab

وَنَعُوْ ذُ باِاللهِ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ

Wa Na’udzubillah min ilmin laa yanfa’u
Dan Kita berlindung kepada Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa’at

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus